biaya ke banyuwangi,
Harga tiket pesawat yang naik hingga lebih dari 2 kali lipat menyurutkan jumlah wisatawan di destinasi-destinasi Banyuwangi. Berlangsung dari bulan November tahun 2018 hingga kini, harga tiket pesawat belum nampak akan turun.
Kunjungan wisatawan ke semua destinasi dalam aplikasi online ticketing Pemkab Banyuwangi memperlihatkan penurunan. Pada tahun 2018 kunjungan wisatawan ke Banyuwangi sebanyak rata-rata 1.600 per hari dan semakin tinggi pada week end. Sedangkan seminggu terakhir, rata-rata kunjungan wisatawan 1.300 per hari dan Minggu 28 April 2019, jumlahnya 1.527 wisatawan.
"Sekarang kami belum berani mematok target jumlah wisatawan. Karena ada faktor di luar kami, seperti harga tiket pesawat, tidak bisa diprediksi," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi, Muhammad Yanuar Bramuda, Senin 29 April 2019.
Budi Candra warga Banyuwangi yang akan berkunjung ke kampung halamannya di Padang, Sumatera Barat, mengaku kaget saat hendak pesan tiket pesawat online. Pulang kampung sebelumnya dia hanya membayar sekitar Rp 600.000 untuk terbang Banyuwangi - Jakarta. Namun kini harganya mencapai sekitar Rp 1.500.000, belum termasuk perjalanan menuju Padang dari Jakarta.
Bila ambil rute penerbangan Surabaya - Palembang harga tiketnya sekarang Rp 1.490 ribu, padahal dulu hanya Rp 800.000. Bahkan kalau dari Banyuwangi ke Palembang harga tiketnya Rp 2,8 juta, dimana harus transit selama 3 hingga 7 jam.
"Sementara ini karena terpaksa, tetap memilih pesawat untuk pulang kampung. Karena harganya sangat mahal," kata Budi.
Di sisi lain meski jumlah kunjungan wisatawan ke Banyuwangi turun, pakar marketing Yuswohady menilai daya tarik Banyuwangi tetap tinggi. Dikatakannya rangkaian Banyuwangi Festival merupakan konten yang bagus di tengah tantangan melambungnya biaya transportasi udara.
"Ini melambat karena faktor airlines kan, tapi secara konten masih bagus. Yang saya lihat challange-nya di tourism 4.0." ujar Yuswohady di Banyuwangi, Senin 29 April 2019.
Dia mengatakan masalah tingginya tiket pesawat hanya akan terjadi sementara waktu karena pemerintah tengah berupaya menurunkannya. Tantangannya justru menyelenggarakan pengalaman tourism 4.0 bagi wisatawan yang datang yang 5 hingga 10 tahun mendatang akan diisi generasi besar milenial.
Sebagai contoh dia menjelaskan adanya teknologi Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR), kecerdasan buatan dan Internet of Thing (IoT) yang sudah diterapkan di Eropa. Mula-mula Banyuwangi didorongnya menyiapkan infrastruktur untuk layanan wisata tersebut.
"Banyuwangi itu kan hebat sekarang, 5 tahunan kalau inovasinya tidak lanjut takutnya akan melambat terus. Tapi yang kita hadapi generasi milenial, tidak hanya pada konten, tapi juga di sisi digitalnya," kata pri yang juga menulis buku tentang pasar muslim ekonomi menengah itu.
Reporter : Ahmad Suudi
Harga Tiket Pesawat Naik Surutkan Jumlah Wisatawan Banyuwangi
Pesawat Citilink mendarat di Bandara Banyuwangi dari Jakarta. Foto : Ahmad Suudi |
Kunjungan wisatawan ke semua destinasi dalam aplikasi online ticketing Pemkab Banyuwangi memperlihatkan penurunan. Pada tahun 2018 kunjungan wisatawan ke Banyuwangi sebanyak rata-rata 1.600 per hari dan semakin tinggi pada week end. Sedangkan seminggu terakhir, rata-rata kunjungan wisatawan 1.300 per hari dan Minggu 28 April 2019, jumlahnya 1.527 wisatawan.
"Sekarang kami belum berani mematok target jumlah wisatawan. Karena ada faktor di luar kami, seperti harga tiket pesawat, tidak bisa diprediksi," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi, Muhammad Yanuar Bramuda, Senin 29 April 2019.
Budi Candra warga Banyuwangi yang akan berkunjung ke kampung halamannya di Padang, Sumatera Barat, mengaku kaget saat hendak pesan tiket pesawat online. Pulang kampung sebelumnya dia hanya membayar sekitar Rp 600.000 untuk terbang Banyuwangi - Jakarta. Namun kini harganya mencapai sekitar Rp 1.500.000, belum termasuk perjalanan menuju Padang dari Jakarta.
Bila ambil rute penerbangan Surabaya - Palembang harga tiketnya sekarang Rp 1.490 ribu, padahal dulu hanya Rp 800.000. Bahkan kalau dari Banyuwangi ke Palembang harga tiketnya Rp 2,8 juta, dimana harus transit selama 3 hingga 7 jam.
"Sementara ini karena terpaksa, tetap memilih pesawat untuk pulang kampung. Karena harganya sangat mahal," kata Budi.
Di sisi lain meski jumlah kunjungan wisatawan ke Banyuwangi turun, pakar marketing Yuswohady menilai daya tarik Banyuwangi tetap tinggi. Dikatakannya rangkaian Banyuwangi Festival merupakan konten yang bagus di tengah tantangan melambungnya biaya transportasi udara.
Penulis buku Millenials Kill Everithing, Yushohady, di Pendopo Sabha Swagata Blambangan Banyuwangi, Senin 29 April 2019. Foto : Ahmad Suudi
|
"Ini melambat karena faktor airlines kan, tapi secara konten masih bagus. Yang saya lihat challange-nya di tourism 4.0." ujar Yuswohady di Banyuwangi, Senin 29 April 2019.
Dia mengatakan masalah tingginya tiket pesawat hanya akan terjadi sementara waktu karena pemerintah tengah berupaya menurunkannya. Tantangannya justru menyelenggarakan pengalaman tourism 4.0 bagi wisatawan yang datang yang 5 hingga 10 tahun mendatang akan diisi generasi besar milenial.
Sebagai contoh dia menjelaskan adanya teknologi Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR), kecerdasan buatan dan Internet of Thing (IoT) yang sudah diterapkan di Eropa. Mula-mula Banyuwangi didorongnya menyiapkan infrastruktur untuk layanan wisata tersebut.
"Banyuwangi itu kan hebat sekarang, 5 tahunan kalau inovasinya tidak lanjut takutnya akan melambat terus. Tapi yang kita hadapi generasi milenial, tidak hanya pada konten, tapi juga di sisi digitalnya," kata pri yang juga menulis buku tentang pasar muslim ekonomi menengah itu.
Reporter : Ahmad Suudi
0 komentar:
Setelah membaca artikel di atas, pasti ada komentar yang ingin kamu sampaikan. Silahkan post komentar kamu. Saya tunggu..