bisnis banyuwangi,
Kesenian aquascape di Kabupaten Banyuwangi berkembang selama 5 tahun teakhir. Kini komunitas lokal yang menggelutinya, Aquascape Banyuwangi, memiliki 70 peserta yang aktif sebagai penghobi dan pebisnis. Mereka saling belajar bagaimana seni menata tanaman air itu dilakukan di dalam akuarium.
Kepada Simpang-suwir, Ketua Aquascape Banyuwangi Didik Hartono menceritakan pada tahun 2014 awal dirinya membuka kios aquascape, tidak ada pesanan lokal yang masuk. Justru dia banyak mengerjakan pesanan dari luar daerah. Sedangkan sejak Januari 2019 hingga sekarang dia sudah menerima 10 order aquascape full set dengan kisaran harga Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta.
"Pasar makin ramai, awal-awal yang buka gerai cuma saya. Sekarang ada 10 gerai yang melayani order aquascape di Banyuwangi, 5 di antaranya sudah berupa toko fisik," kata Didik di sela-sela acara pameran aquascape di halaman Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Banyuwangi, Senin 20 Mei 2019.
Pemilik toko aquascape di Lingkungan Cungking, Kelurahan Mojopanggung, Banyuwangi, itu menjelaskan yang paling sulit dalam aquascape adalah menentukan tema. Akan lebih mudah jika seniman aquascape dibiarkan berkreasi dengan memutuskan tema sendiri. Sebagian pembeli malah menyerahan perawatan aquascape di rumah mereka pada penjual. Sebagian lagi penghobi yang hanya beli komponen dan tanaman lalu minta dipandu menatanya di dalam akuarium.
Harga 1 unit aquascape berukuran 1 meter, kata Didik bisa mencapai Rp 11 juta. Sementara untuk ukuran kecil 30 X 20 X 25 harganya di kisaran Rp 500 ribu, tergantung komponen yang dimasukkan. Minat ini menjadi hobi yang mahal karena harga beragam tanaman hidup yang dipakai, yang dipengaruhi seberapa suit tanaman itu dibudidayakan.
"Beda dengan hiasan plastik, aquascape 100 persen tanaman hidup. Jadi sebetulnya ini berkebun di dalam air, yang tanamannya kepanjangan dipotong, tanaman juga bisa ditambah atau dikurangi," ujarnya.
Tanaman air yang biasa digunakan rumput Moss yang harganya per cup puding Rp 5 ribu, Bucephalandra asli Kalimantan Rp 5 ribu, dan Anubias berdaun bundar yang berharga 20 ribu sampai jutaan rupiah per pohon. Sedangkan benda mati yang wajib dimasukkan adalah pasir. Semua jenis pasir bisa masuk asalkan bukan pasir pantai yang memiliki kadar keasinan.
Pasir yang biasa dipakai adalah Pasir Malang, Pasir Angel, dan Pasir Silika. Sedangkan komponen kayu yang dipakai Kayu Senggani, Kesirem dan Rasamala yang harganya Rp 20 ribu sampai ratusan ribu rupiah. Tapi sebetulnya semua jenis kayu bisa dipakai untuk aquascape asalkan tidak mudah lapuk, karena akan terus terendam dalam air.
"Tujuannya membuat ekosistem secantik mungkin, tidak harus persis seperti di alam asli, okus pada penataan tanaman," kata Didik lagi.
Tema aquascape yang paling utama adalah jungle yang penuh tanaman tegakan, natural style dimana rumputnya yang lebih banyak, dan iwagumi hanya pakai sedikit tanaman, dengan instalasi batu dan pasir yang mendominasi. Sementara varian lain sangat banyak yang merupakan turunan dari 3 tema tersebut.
Program Studi (Prodi) Ilmu Perikanan Untag Banyuwangi berencana memasukkan mata kuliah aquascape agar mahasiswa yang lulus memiliki keterampilan tersebut. Kepala Prodi Ilmu Perikanan Untag Banyuwangi Mega Yuniartik mengatakan kampus menilai kebutuhan masyarakat pada aquascape semakin besar sehingga merekaberusaha melayani dengan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang mampu mengisi kebutuhan itu.
"Menilai ini dibutuhkan masyarakat, kami bertujuan mahasiswa keluar sudah dilengkapi kemampuan aquascape. Masyarakat adalah pengguna lulusan kita, jadi kita berusaha menyesuaikan, peluang di bidang itu juga besar," katanya.
Sementara di Jember, sudah ada SMA yang sudah memasukkan aquascape dalam mata pelajarannya. SMA Negeri 1 Jember membekali keterampilan itu melalui mata pelajaran Prakarya Kewirausahaan pada siswa kelas 10. Sebagian siswanya datang dengan inisiatif sendiri mengikuti lomba dan pameran aquascape di Untag Banyuwangi.
Muhammad Naufal (17) dan kawan-kawannya di kelas 11 mengaku setahun terakhir menekuni kesenian aquascape yang mereka dapat di kelas 10 dahulu. Bahkan mereka sudah mendapatkan honor dari guru pengampu mata pelajaran Prakarya Kewirausahaan karena sering mendampingi dalam pembelajaran pada adik-adik kelas mereka.
"Gurunya belajar ke komunitas, Jember Aquascape Community, lalu diajarkan ke siswa," kata siswa yang membuat tema forest dan iwagumi dalam mengikuti lomba di Untag Banyuwangi itu.
Reporter : Ahmad Suudi
Bisnis Hobi 'Mahal' Aquascape Berkembang di Banyuwangi
Seorang peserta menyiapkan aquascape dalam lomba yang digelar Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Banyuwangi. Seni aquascape berkembang di Kabupaten Banyuwangi 5 tahun terakhir. Foto : Ahmad Suudi
|
Kepada Simpang-suwir, Ketua Aquascape Banyuwangi Didik Hartono menceritakan pada tahun 2014 awal dirinya membuka kios aquascape, tidak ada pesanan lokal yang masuk. Justru dia banyak mengerjakan pesanan dari luar daerah. Sedangkan sejak Januari 2019 hingga sekarang dia sudah menerima 10 order aquascape full set dengan kisaran harga Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta.
"Pasar makin ramai, awal-awal yang buka gerai cuma saya. Sekarang ada 10 gerai yang melayani order aquascape di Banyuwangi, 5 di antaranya sudah berupa toko fisik," kata Didik di sela-sela acara pameran aquascape di halaman Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Banyuwangi, Senin 20 Mei 2019.
Pemilik toko aquascape di Lingkungan Cungking, Kelurahan Mojopanggung, Banyuwangi, itu menjelaskan yang paling sulit dalam aquascape adalah menentukan tema. Akan lebih mudah jika seniman aquascape dibiarkan berkreasi dengan memutuskan tema sendiri. Sebagian pembeli malah menyerahan perawatan aquascape di rumah mereka pada penjual. Sebagian lagi penghobi yang hanya beli komponen dan tanaman lalu minta dipandu menatanya di dalam akuarium.
Harga 1 unit aquascape berukuran 1 meter, kata Didik bisa mencapai Rp 11 juta. Sementara untuk ukuran kecil 30 X 20 X 25 harganya di kisaran Rp 500 ribu, tergantung komponen yang dimasukkan. Minat ini menjadi hobi yang mahal karena harga beragam tanaman hidup yang dipakai, yang dipengaruhi seberapa suit tanaman itu dibudidayakan.
"Beda dengan hiasan plastik, aquascape 100 persen tanaman hidup. Jadi sebetulnya ini berkebun di dalam air, yang tanamannya kepanjangan dipotong, tanaman juga bisa ditambah atau dikurangi," ujarnya.
Tanaman air yang biasa digunakan rumput Moss yang harganya per cup puding Rp 5 ribu, Bucephalandra asli Kalimantan Rp 5 ribu, dan Anubias berdaun bundar yang berharga 20 ribu sampai jutaan rupiah per pohon. Sedangkan benda mati yang wajib dimasukkan adalah pasir. Semua jenis pasir bisa masuk asalkan bukan pasir pantai yang memiliki kadar keasinan.
Pasir yang biasa dipakai adalah Pasir Malang, Pasir Angel, dan Pasir Silika. Sedangkan komponen kayu yang dipakai Kayu Senggani, Kesirem dan Rasamala yang harganya Rp 20 ribu sampai ratusan ribu rupiah. Tapi sebetulnya semua jenis kayu bisa dipakai untuk aquascape asalkan tidak mudah lapuk, karena akan terus terendam dalam air.
"Tujuannya membuat ekosistem secantik mungkin, tidak harus persis seperti di alam asli, okus pada penataan tanaman," kata Didik lagi.
Tema aquascape yang paling utama adalah jungle yang penuh tanaman tegakan, natural style dimana rumputnya yang lebih banyak, dan iwagumi hanya pakai sedikit tanaman, dengan instalasi batu dan pasir yang mendominasi. Sementara varian lain sangat banyak yang merupakan turunan dari 3 tema tersebut.
Program Studi (Prodi) Ilmu Perikanan Untag Banyuwangi berencana memasukkan mata kuliah aquascape agar mahasiswa yang lulus memiliki keterampilan tersebut. Kepala Prodi Ilmu Perikanan Untag Banyuwangi Mega Yuniartik mengatakan kampus menilai kebutuhan masyarakat pada aquascape semakin besar sehingga merekaberusaha melayani dengan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang mampu mengisi kebutuhan itu.
Aquascape gaya iwagumi yang dibuat siswa SMA Negeri 1 Jember di lomba dan pameran aquascape Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Banyuwangi. Foto : Ahmad Suudi
|
"Menilai ini dibutuhkan masyarakat, kami bertujuan mahasiswa keluar sudah dilengkapi kemampuan aquascape. Masyarakat adalah pengguna lulusan kita, jadi kita berusaha menyesuaikan, peluang di bidang itu juga besar," katanya.
Sementara di Jember, sudah ada SMA yang sudah memasukkan aquascape dalam mata pelajarannya. SMA Negeri 1 Jember membekali keterampilan itu melalui mata pelajaran Prakarya Kewirausahaan pada siswa kelas 10. Sebagian siswanya datang dengan inisiatif sendiri mengikuti lomba dan pameran aquascape di Untag Banyuwangi.
Muhammad Naufal (17) dan kawan-kawannya di kelas 11 mengaku setahun terakhir menekuni kesenian aquascape yang mereka dapat di kelas 10 dahulu. Bahkan mereka sudah mendapatkan honor dari guru pengampu mata pelajaran Prakarya Kewirausahaan karena sering mendampingi dalam pembelajaran pada adik-adik kelas mereka.
"Gurunya belajar ke komunitas, Jember Aquascape Community, lalu diajarkan ke siswa," kata siswa yang membuat tema forest dan iwagumi dalam mengikuti lomba di Untag Banyuwangi itu.
Reporter : Ahmad Suudi
0 komentar:
Setelah membaca artikel di atas, pasti ada komentar yang ingin kamu sampaikan. Silahkan post komentar kamu. Saya tunggu..